Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan makhluk dijagat raya ini dengan berbagai bentuk dan rupa. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.
Kami bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta taufiknya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Nasikh Mansukh”. Kami menyadari makalah ini kurang sempurna. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan saran yang membangun terhadap ini, kami sangat berterimakasih.
Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua. Amin.
Pekalongan, 6 Oktober 2016
Kelompok Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia bukanlah sitem yang tunggal. Sebagai bahasa yang hidup dan berkembang serta dipergunakan dalam berbagai ranah kehidupan dan bermacam-macam penuturnya, bahasa Indonesia mau tidak mau tunduk pada hukum perubahan. Arah perubahan tidak selalu tidak terelakkan karena setiap orang dapat mengubah bahasa secara berencana.
Faktor sejarah dan perkembangan masyarakat turut pula memberi pengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa Indonesia. Setiap ragam dalam bahasa Indonesia mempunyai fungsinya masing-masing sesuai dengan rarah pemakaiannya. Ragam bahasa Indonesia yang beraneka macamnya itu masih disebut “Bahasa Indonesia” karena masing-masing berbagi teras atau intisarinya bersama yang umum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna ragam bahasa Indonesia ?
2. Ada berapa pembagian ragam bahasa Indonesia ?
3. Bagaimana penerapan bahasa baku ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui macam-macmam ragam bahasa Indonesi
2. Mengetahui Bahasa baku
3. Mengetahui penerapan bahasa baku
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ragam Bahasa Indonesia
Menurut Moeliono (1997), ragam bahasa Indonesia dapat ditinjau dari sudut pandang penutur dan menurut jenis pemakaiannya. Disamping itu, masih terdapat ragam bahasa Indonesia berdasarkan situasi pemakaiannya.
1. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan pandangan penutur
Ditinjau dari sudut pandang penutur, ragam bahsa Indonesia dikelompokkan menjadi 3 :
a. Ragam menurut daerah penutur
Ragam daerah dikenal dengan nama logat atau dialek geografis. Setiap dialek atau logat dapat dipahami secara timbal-balik oleh penuturnya, sekurang-kurangnya oleh penutur logat yang daerah geografisnya berdampingan. Dialek daerah paling kentara karena tata bunyinya. Dialek bahasa Indonesia yang dilafalkan oleh warga Tapanuli, misalnya, dapat dikenali karena tekanan katanya yang amat jelas. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada dan panjang pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda. Perbedaan kosakata dan variasi gramatikal tentu juga ada, tetapi mungkin kurang tampak.
b. Ragam menurut pendidikan penutur
Ragam bahasa Indonesia menurut pendidikan penutur menunjukkan perbedaan antara kaum yang berpendidikan formal dan yang tidak berpendidikan formal. Misalnya pasif, fitnah, film, kompleks dan tripleks yang dikenal dikalangan orang yang berpendidikan, berbeda dengan yang tidak berpendidikan, yang menjadi pasip, pitnah, pilem, kkomplek dan triplek.
c. Ragam menurut sikap penutur
Ragam bahasa Indonesia menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-masing, pada dasarnya teersedia bagi setiap pemakainya. Ragam ini sering disebut dengan istilah langgam atau gaya. Dalam hal ini, pembahasa dihadapkan pada pemilihan bentuk-bentuk bahasa tertentu yang menggambarkan sikap seseorang, seperti : yang baku resmi, yang beradab, yang dingin, yang hambar, yang hangt, yang akrab atau yang santai. Perbedaan berbagai gaya itu tercermin melalui kosakata dan tata bahasa.
2. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan jenis pemakaian
a. Ragam menurut bidang persoalan
Setiap penutur bahasa hidup dan bergerak dalm sejumlah lingkungan masyarakat yang adat istiadat atau tata cara pergaulannya berbeda-beda. Keadaan ini malahirkan dialek sosial. Seseorang yang ingin turut sserta daalam bidang ttertentu atau yang ingin membicarakan pokok persoalan yang berkaitan dengan lingkungan itu harus memilih salah satu ragam yang dikuasainya dan yang cocok dengan bidang atau persoalan itu.
b. Ragam menurut sarananya
Ragam menurut sarananya dikelompokkan menjadi dua, yaitu ragam lisan atau ujaran dan ragam tulisan. Dalam ragam tulisan, ada pengaanggapan bahwa orang yang diajaak berbahasa tidak ada dihadapan penutur. Oleh karena itu bahasanya perlu lebih jelas karena bahasa yang digunakan itu tidak disertai dengan gerak isyarat, mimik muka, sebagai penegasan. Ragam tulis harus lebih cermat sifatnya. Sebaliknya dalam ragam lisan penutur bahasa berhadapan atau bersemuka, unsur-unsur itu kadang dapat ditinggalkan. Karena dalaam ragam ragam lisan harus memperhatikan intonasi, mimik muka serta bahasa tubuh.
c. Ragam menurut ganggun pencampuran
Ragam bahasa yang mengalami gamgguan pencampuran ini setidaknyaapat mengarah pada dua hal : yaitu campur kode dan interferensi. Inter kode merupakan percampuran unsur-unsur bahasa yang berbeda. Sedangkan interferensi merupakan ragam bahasa yang timbul akibat adanya percampuran pola dua bahasa atau lebih.
B. Bahasa Baku
1. Sifat bahasa baku
Ada tiga sifat bahasa Indonesia baku, : memiliki kemantaan dinamis, bersifat cendekia, dan adanya keseragaman.
Ragam bahasa standar memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Kaidah pembentukan kata yang memunculkan bentuk perasa dan perumus, contoh : perajin dan perusak, bukan pengrajin atau perusak.
Sifat kedua yaitu sifat kecendikiaannya.Perwujudannya dalam kalimat, paragraf dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis atau masuk akal.
2. Fungsi bahasa baku
Fungsi bahasa baku secara umum :
a. Fungsi pemersatu
Dengan fungsi pemersatu, bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mampu mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur seorang dengan seluruh masyarakat itu.
b. Fungsi pemberi kekhasan
Fungsi pemberi kekhasan oleh bahasa baku yaitu membedakan bahasa itu dengan bahasa yang lain. Karensa fungsi ini, bahasa baku memperkuat peranan kepribadian masyarakat Indonesia.
c. Fungsi pembawa kewibawaan
Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku sendiri. Menurut pengalaman, sudah dapat disaksikan dibeberapa tempat bahwa penutur yang mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh wibawa dimata orang lain.
d. Funsi kerangka acuan
Bahasa baku sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolok ukur bagi baik tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau golongan.
Fungsi bahasa Indonesia baku :
a. Digunakan dalam wacana teknis, seperti dalam karangan ilmiah, buku pelajaran dan laporan-laporan resmi.
b. Sebagai alat omunikasi resmi, yakni dalam surat-menyurat resmi, pengumuman yang dikeluarkan instansi resmi, undang-undang dan surat-aurat keputusan.
c. Digunakan dalam pembicaraan-pembicaraan yang bersifat keilmuan atau penyampaian ide-ide seperti mengajar, berceramah, seminar dan debat.
d. Digunakan dalm pembicaraan dengan orang yang dihormati, termasuk dengn orang yang belum akrab atau baru dikenal.
3. Ciri-ciri bahasa Indonesia baku
1. Dari segi bahasa lisan, bahasa Indonesia baku memakai ucapan atau lafal baku.
2. Dari segi bahasa tulis, bahasa Indonesia baku memakai ejaan resmi atau sesuai EYD.
3. Terbataasnya unsur bahasa daerah. Conroh :
Bahasa nonbaku Bahasa baku
Rumahnya orang itu bagus Rumah orang itu bagus
Ia benci sama saya Ia benci kepada saya
Ia pandai sendiri dikelasnya Ia paling pandi dikelasnya
4. Pemakaian fungsi gramatikal (subjek, predikat dan sebagainya) ssecara eksplisit dan konsisten. Contoh :
Bahasa nonbaku Bahasa baku
Ia akan ke luar negeri besok Ia akan pergi keluar negeri besok
5. Pemakaian konjungsi bahawa atau karena secara eksplisit dan konsisten. Contoh :
Bahasa nonbaku Bahasa baku
Dia sudah tahu kamu akan datang Dia sudah tau bahwa kamu akan datang
6. Pemakaian awalan men- atau ber- secara eksplisit dan konsisten. Contoh :
Bahasa nonbaku Bahasa baku
Ia sekarang kerja di pabrik roti Ia sekarang bekerja di pabrik roti
Dia yang ambil barang tadi Dia yang mengambil barang tadi
7. Pemakaian partikel Kah, lah, pun
Contoh:
Bahasa nonbaku Bahasa baku
Baca buku itu amapai selesai Bacalah buku itu sampai selesai
8. Pemakaian kata depan yang tepat
Contoh :
Bahasa nonbaku Bahasa baku
Dizaman dahulu orang belum Pada zaman dahulu orang belum
Mengenal pakaian mengenal pakaian
9. Pemakaian pola aspek-pelaku-tindakan
Contoh :
Bahasa nonbaku Bahasa baku
Novel itu saya sudah baca Novel itu sudah saya baca
10. Memakai kontruksi sintetis
Contoh :
Bahasa nonbaku Bahasa baku
Dia punya saudara saudaranya
Dikasih komentar dokomentari
11. Menghindari pemakaian unsur-unsur leksikal yang terpengruh oleh bahasa-bahasa dialek
Contoh :
Bahasa nonbaku Bahasa baku
Gimana bagaimana
Nggak Tidak
Tapi Tetapi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor sejarah dan perkembangan masyarakat berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa. Ragam bahasa ini dikelompokkan dari berbagai aspek, seperti : ragam bahasa menurut penuturnya, pendidikannya, sara yang digunakan dan gangguan campuran.
B. Saran
Sesungguhnya didalam makalah ini masih banyak kekurangan, kami mengharap adanya kritik dan saran yang membangun.
DATAR PUSTAKA
Moeliono,dkk. 2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka).