BAB 1

1. PENDAHULUAN

Seorang wanita kerap mengalami keluhan nyeri berkepanjangan pada daerah perut dan panggulnya.Nyeri tersebut merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pada wanita yang bagian atas wanita yang sebagian besar akibat hubungan seksual. Biasanya disebabkan oleh Neisseria gonore dan Klamidia trakomatis dapat pual oleh organisme lain yang menyebabkan vaginosis bacteriaPenyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.

2. TUJUAN

1. Untuk memperdalam pengetahuan tentang Penyakit Radang Panggul (PID)

2. Serta untuk mengkaji,mendiagnosa,mengevaluasi,serta mengimplementasi penyakit radang panggul.

1

BAB II

DEFINISI

PENYAKIT RADANG PANGGUL (PELVIC INFLAMMATORY DISEASE)

Penyakit Radang Panggul atau Pelvic Inflammatory Disesase (selanjutnya dalam tulisan ini akan disingkat menjadi PID) merupakan istilah yang merujuk pada suatu infeksi pada uterus (rahim), tuba fallopii (suatu saluran yang membawa sel telur dari ovarium ke uterus), dan organ reproduksi lainnya. Penyakit ini merupakan komplikasi yang umum terjadi pada penyakit-penyakit menular seksual ( Sexually Transmitted Disease/STDs), utamanya yang disebabkan oleh chlamydia dan gonorrhea.PID dapat merusak tuba fallopii dan jaringan yang dekat dengan uterus dan ovarium.

Berdasarkan data epidemiologis yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat (tahun 2008) disebutkan bahwa lebih dari 1 juta wanita pernah mengalami episode PID akut dalam kehidupannya. Dan lebih dari 100.000 wanita menjadi infertil setiap tahunnya karena PID dan proporsi yang semakin besar dari kejadian kehamilan ektopik setiap tahunnya terkait dengan dampak lanjutan dari PID yang tidak tertangani dengan baik.

Setiap wanita sesungguhnya memiliki barrier fisiologis yang menyebabkan kuman-kuman mengalami hambatan mekanik, biokemik, dan imunologis, baik itu pada vagina, ostium uteri eksternum, kavum uterus, maupun pada lumen tuba uterina fallopii. Bentuk-bentuk hambatan itu diantaranya adalah: epitel vagina wanita dewasa yang cukup tebal dan terdiri atas glikogen, serta basil Doderlein yang memungkinkan pembuatan asidum laktikum sehingga terdapat reaksi asam dalam vagina, yang selanjutnya memperkuat daya tahan vagina. Walaupun dalam vagina terdapat banyak kuman lain, akan tetapi dalam keadaan normal basil Doderlein lebih dominan. Pada serviks uteri terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan lendir yang alkalis serta mengental di bawah kanalis servikalis dan ini menyulitkan masuknya kuman ke atas.Getaran rambut getar pada mukosa tuba fallopii menyebabkan arah pergerakannya menuju uterus dan hal ini disokong oleh gerakan peristaltik tuba yang merupakan halangan pada infeksi untuk terus meluas ke rongga peritonium. Barrier fisiologis ini akan terganggu pada keadaan-keadaan perdarahan, abortus, dan instrumentasi kanalis servikalis.

2

PENYEBAB PID

Pelvic Inflammatory Disesase ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang juga menyebabkan penyakit menular seksual lainnya. Diantaranya adalah: C.trachomatis, N gonorrhoeae, Gardnerella vaginalis, Haemophilus influenzae, Escherichia coli (organisme gram negatif yang enterik), Bacteroides fragilis, dan Mycoplasma genitalium. Sedangkan penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah: aktinomikosis (infeksi jamur), skistosomiasis (infeksi parasit), tuberkulosis, dan penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.

Pelvic Inflammatory Disesase terjadi jika mikroorganisme penyebab tersebut bergerak naik dari vagina atau servik menuju organ reproduksi di atasnya.Dan kuman terbanyak penyebab PID ini adalah gonorrhea dan chlamydia, yang juga penyebab penyakit menular seksual terbanyak. Wanita yang telah memulai aktivitas seksualnya pada usia remaja dan juga berganti-ganti pasangan (di bawah usia 25 tahun) memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan wanita berusia di atas 25 tahun untuk menderita PID. Hal ini dikarenakan serviks pada remaja perempuan dan wanita muda belum sepenuhnya matur, sehingga meningkatkan suseptibilitas terkena penyakit menular seksual yang berkaitan pula dengan PID tersebut.Faktor resiko lainnya adalah berganti-ganti pasangan seksual, sering mencuci vagina dengan produk pembersih padahal dapat merubah suasana vagina sehingga dapat memudahkan kuman untuk menembus barier alamiah tersebut.Wanita yang menggunakan IUD (intrauterine device) juga memiliki resiko untuk menderita PID dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan, terutama dalam 4 bulan setelah pemasangan IUD.Hal ini disebabkan adanya penghubung yang memudahkan kuman untuk masuk ke dalam uterus.

Namun resiko ini dapat ditekan, jika sebelum pemasangan telah dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan menderita penyakit menular seksual sebelumnya.Di samping itu faktor resiko lainnya adalah pada saat menstruasi.Di mana minggu pertama haid merupakan periode rawan untuk PID, karena jaringan nekrotik merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan N. gonorrhoeae.Oleh karenanya, penting diperhatikan oleh wanita yang sedang menstruasi untuk meningkatkan kebersihan daerah sekitar kemaluannya.

3

FAKTOR RESIKO

Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur.Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri.

GEJALA KLINIS

Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya beragam.Mulai dari tidak ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan tersebut dapat berupa demam,keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi,dan bau yang abnormal,timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam,nyeri senggama,nyeri saat buang air kecil,menstruasi yang tidak teratur,kram perut saat menstruasi, terjadi perdarahan hebat saat menstruasi,nyeri pada daerah perut bawah dan dapat memburuk jika disertai mual muntah,serta kelelahan yang disertai dengan nafsu makan yang berkurang. Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah dapat terjadi jika abses pecah, di mana daerah nyeri tersebut mulai dari daerah sekitar abses yang pecah menjalar ke seluruh dinding perut yang mengakibatkan peritonitis generalisata.Juga dapat ditemukan anemia pada abses pelvik yang telah berlangsung beberapa minggu.

Pelvic Inflammatory Disesase sulit didiagnosis karena seringkali gejala yang ditunjukkan tidak begitu kelihatan dan biasanya ringan.Banyak episode PID tidak terdeteksi dengan baik karena seringkali wanita yang menderita ataupun dokter yang dikunjunginya tidak begitu memikirkan PID oleh karena keluhan dan gejala yang tidak spesifik.Dalam membantu diagnosis PID, dapat dikerjakan pemeriksaan darah untuk melihat kenaikan dari sel darah putih (leukosit) yang menandakan terjadinya infeksi, serta peningkatan C-reactive protein (CRP) dan laju endap darah (namun tidak spesifik). Kemudian kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG abdomen (perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya. Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi

4

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

· Pemeriksaan darah lengkap

· Pemeriksaan cairan dari serviks

  • Kuldosintesis
  • Laparoskopi
  • USG panggul

PENGOBATAN

Pelvic Inflammatory Disesase dapat diobati dengan beberapa macam antibiotika.Namun pemberian antibiotika ini tidak sepenuhnya mengembalikan kondisi pasien apabila telah terjadi kerusakan pada organ reproduksi wanita ini. Jika seorang wanita memiliki nyeri pelvis dan keluhan PID yang lain, sebaiknya segera berobat ke dokter. Pemberian antibiotika yang tepat akan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada saluran reproduksi wanita. Seorang wanita yang menunda pengobatan PID, akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita infertilitas atau dapat terjadi kehamilan ektopik oleh karena kerusakan tuba fallopii.

Karena sulitnya untuk mengidentifikasi organisme yang menyerang organ reproduksi internal dan juga kemungkinan lebih dari satu organisme sebagai penyebab PID, maka PID biasanya diobati dengan sedikitnya dua macam antibiotika yang memiliki efektivitas yang baik di dalam mematikan organisme penyebab tersebut.Antibiotika ini dapat diberikan secara oral maupun secara injeksi. Antibiotika yang dapat digunakan antara lain: ofloxacin, metronidazole, dan doxycycline. Di mana lamanya pengobatan biasanya ± 14 hari.

Pengobatan yang tepat dan sesuai dapat mencegah komplikasi PID.Tanpa pengobatan yang tepat PID dapat menyebabkan kerusakan permanen dari organ reproduksi wanita.Organisme penyebab PID dapat menginvasi tuba fallopii dan menyebabkan terbentuknya jaringan parut (scar tissue).

5

PENCEGAHAN

Wanita dapat melindungi diri mereka dari PID dengan mencegah terkena STDs atau segera berobat ke dokter jika mereka menderita STDs. Cara terbaik untuk mencegah STDs adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual berganti pasangan atau setia pada pasangannya yang telah dikenalnya betul serta pernah menjalani skrining test STDs. Kondom pria yang mengandung latex, yang digunakan dengan benar dan berkelanjutan, dapat menurunkan resiko terinfeksi chlamydia dan gonorrhea. CDC merekomendasikan pemeriksaan chlamydia kepada seluruh wanita berusia 25 tahun atau kurang yang telah aktif secara seksual ataupun kepada wanita yang lebih tua dengan resiko menderita infeksi chlamydia (mereka yang memiliki pasangan baru atau melakukan hubungan multipartner), serta kepada seluruh wanita hamil.

Keluhan pada alat genital wanita, seperti adanya luka, keluar cairan dengan bau yang abnormal, rasa nyeri ketika buang air kecil, ataupun perdarahan di luar siklus menstruasi bisa jadi merupakan pertanda infeksi STDs. Jika wanita tersebut mengalami keluhan tersebut, sebaiknya menghentikan hubungan seksualnya untuk sementara waktu dan segera berkonsultasi dengan dokter. Mengobati STDs secara lebih dini dapat membantu mencegah PID. Setiap wanita yang menderita STDs dan sedang menjalani pengobatan, sebaiknya mengajak pasangannya ke dokter dan diperiksa terhadap kemungkinan untuk menderita STDs. Hubungan seksual sebaiknya jangan dimulai hingga pasangannya telah diperiksa dan telah menjalani pengobatan dengan tuntas apabila mereka memang menderita STDs.

6

TERAPI

Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi kronik

Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah pilihan utama.Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk melihat hasil dan perkembangan dari pengobatan.Pasangan seksual juga harus diobati.Wanita dengan penyakit radang panggul mungkin memilikipasangan yang menderita gonorea atau infeksi chlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini.

Seseorang dapat menderita penyakit menular seksual meskipun tidak memiliki gejala.Untukmengurangi risiko terkena penyakit radang panggul kembali, maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati apabila memiliki PMS.

KESIMPULAN

Penyakit Radang Panggul (Salpingitis,PID,Pelvic Inflammatory Disease) adalah suatu peradangan pada tuba fallopi (saluran yang menghubungkan indung telur dengan Rahim).Peradangan tuba fallopi terutama terjadipada wanita yang secar seksual aktif.Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD.

Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah,yang menyebar keatas melalui leher Rahim.buth waktu dalam hitunganhari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul.Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonnorhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jarigan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher Rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS.Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometriumyang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari Rahim,serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).

Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah :

- Aktinomikosis (infeksi bakteri)

- Skistosomiasis (infeksi parasite)

- Tuberkulosis

- Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.

SARAN

Untuk menghindari Penyakit Radng Panggul yang sering dialami oleh kebanyakan wanita sebaiknya dimulai terlebih dahulu dari hal yang paling mudah yaitu menjaga diri termasuk merawat pada daerah yang rawan mikroba termasuk di daerah genetalia bagian dalam vagina,agar terhindar dari bakteri yang dapat menyebabkan rasa nyeri,serta harus setia pada satu pasangan saja.Dan mulailah menjaga anggota tubuh kita agar terhindar dari penyakit.

Read More
Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home