MAKALAH PENYAKIT RADANG PANGGUL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa. Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika telah menjalani perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus baru terjadi setiap tahun, demikian menurut (Gay Benrubi, M.D., profesor pada Division of Gynegology Oncology, University of Florida di Jacksonville).

Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk menjadi mandul. Ketika bakteri-bakteri yang menyerang menembus tuba falopi, mereka dapat menimbulkan luka di sepanjang lapisan dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya (atau tidak memungkinkannya) sebuah telur masuk ke dalam rahim, demikian Dr. Benrubi menerangkan. Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang sedang bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah perkiraan yang mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk menjadi mandul adalah 10%.

Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika wanita ini mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung menjadi 55%. Secara keseluruhan, demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit radang pelvis menyebabkan kurang lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap tahun.

Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah bahwa gangguan medis ini dapat meningkatkan resiko seorang wanita mengalami kehamilan di luar kandungan sebesar enam kali lipat. Alasannya: karena tuba falopi sering mendapatkan parut (bekas luka) yang timbul karena infeksi ini, telur yang turun mungkin akan macet dan hanya tertanam di dinding tuba. Kurang lebih 30.000 kehamilan di luar kandung per tahun dapat dipastikan disebabkan oleh infeksi seperti ini, demikian kata Dr. Benrubi. Itu masalah yang serius: Kehamilan di luar kandungan, demikian katanya, "dewasa ini menjadi penyebab kematian ibu dengan prosentase sebesar 15% dan dengan segera akan menjadi penyebab kematian ibu yang paling sering terjadi.

1.2 Rumusan Masalah

  • Apakah definisi abses pelvis?
  • Bagaimana etiologi abses pelvis?
  • Bagaimana patofisiologi abses pelvis?
  • Apa saja tanda dan gejala abses pelvis?
  • Bagaimana gejala klinik abses pelvis?
  • Apa diagnosis dari abses pelvis?
  • Apa saja penyulit abses pelvis?
  • Bagaimana penatalaksanaan abses pelvis?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas maternitas yang telah diberikan.

2. Untuk mengetahui definisi dari penyakit infeksi pelvis.

3. Untuk mengetahui proses perjalanan penyakit infeksi pelvis.

4. Untuk mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi pelvis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.

Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita -- seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa.

2.2 Etiologi

Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).

Faktor RisikoØ

Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya adalah:

1.Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya

2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari

3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS

4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan

5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul. Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran reproduksi sebelumnya.

2.3 Patofisiologi

Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran genital atas endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina (salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina (parametritis) dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat menyebar ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara.

1. Interlumen

Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira 99%) terjadi akibat masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina, akhirnya pus dari ostium masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar dengan mekanisme ini adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis, Streptococcus agalatiae, sitomegalovirus dan virus herpes simpleks.

2. Limfatik

Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang berhubungan denngan IUD menyebar melalui sistem limfatik seperti infeksi Myoplasma non purpuralis.

3. Hematogen

Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu (misalnya tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika Serikat.

4. Intraperitoneum

Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan kecelakaan intra abdomen (misalnya virkus atau ulkus denganperforasi) dapat menyebabkan infeksi yang mengenai sistem genetalia interna.

5. Kontak langsung

Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi setempat dari daerah infeksi dan nekrosis jaringan.

Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang memegang peranan, yaitu:

1. Terganggunya barier fisiologik

Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia eksterna, akan mengalami hambatan.

a. Diostium uteri internum

b. Di kornu tuba

c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman – kuman pada endometrium turut terbuang.

Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman – kuman dihambat secara : mekanik, biokemik dan imunologik.

Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR):

1. Adanya organisme yang berperang sebagai vector.

Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba fallopi. Beberapa kuman pathogen misalnya E coli dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba fallopi dan menimbulkan peradangan di tempat tersebut. Spermatozoa juga terbukti berperan sebagai vektor untuk kuman – kuman N gonerea, ureaplasma ureolitik, C trakomatis dan banyak kuman – kuman aerobik dan anaerobik lainnya.

2. Aktivitas seksual

Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi utrerus yang dapat menarik spermatozoa dan kuman – kuman memasuki kanalis servikalis.

3. Peristiwa Haid

Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid yang siklik, berperan pentig dalam terjadinya radang panggul gonore.

Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya kuman – kuman N gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala – gejala salpingitis akut disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai ”Febril Menses”.

2.4 Tanda dan gejala

Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama. Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari. Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali. Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam, nyeri saat sanggama, menggigil, demam tinggi, sakit kepala, malaise, nafsu makan berkurang, nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul, dan sekret vagina yang purulen.

Biasanya infeksi akan menyambut tuba fallopi. Tuba yang tersumbat biasa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke strukstur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan

perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.

Di dalam tuba, ovarium – ovarium panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.

Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai :

· Tegang di bagian bawah.

· Nyeri dan nyeri gerak pada serviks.

· Dapat teraba tumor karena pembentukan abses.

· Di bagian belakang rahim terjadi timbunan nanah.

· Dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan tidak enak ( discomfort) di bagian bawah abdomen.

2.5 GEJALA KLINIK

A. Pemeriksaan fisik

1. Suhu tinggi disertai takikardi.

2. Nyeri suprasimfisis terasa lebih menonjol dari pada nyeri dikuadran atas abdomen.

3. Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi “rebound tenderness”, nyeri tekan, dan kekakuan otot perut sebelah bawah.

4. Tergantung dari berat dan lamanya keradangan, radang panggul dapat pula disertai gejala ileus paralitik.

5. Dapat disertai metroragi, menoragi.

B. Pemeriksaan ginekologik

Pada pemeriksaan ginekologik didapatkan :

1. Pembengkakan dan nyeri pada labia didaerah kelenjar Bartholini.

2. Bila ditemukan flour albus purulen, umumnya akibat kuman N. gonore. Sering kali juga disertai perdarahan-perdarahan ringan diluar haid, akibat endometritis akuta.

3. Nyeri daerah parametrium, dan diperberat bila dilakukan gerakan-gerakan pada servik.

4. Bila sudah terbentuk abses, maka akan teraba masa pada adneksa disertai dengan suhu meningkat. Bila abses pecah, akan terjadi gejala-gejala pelvioperitonitis atau peritonitis generalisata, tenesmus pada rectum disertai diare.

5. Pus ini akan teraba sebagai suatu massa dengan bentuk tidak jelas, terasa tebal dan sering disangka suatu subserous mioma.

6. Pemeriksaan inspekulo memberikan gambaran : keradangan akut serviks, bersama dengan keluarnya cairan purulen.

7. Pecahnya abses tubo ovarial secara massif, memberikan gambaran yang khas. Rasa nyeri mendadak pada perut bawah, terutama terasa pada tempat rupture. Dalam waktu singkat seluruh abdomen akan terasa nyeri karena timbulnya gejala perioritas generalisata. Bila jumlah cairan purulen yang mengalir keluar banyak akan terjadi syok. Gejala pertama timbulnya syok ialah mual dan muntah-muntah, distensi abdomen disertai tanda-tanda ileus paralitik. Segera setelah pecahanya abses, suhu akan menuru atau subnormal, dan beberapa waktu kemudian suhu meningkat tinggi lagi. Syok terjadi akibat rangsangan peritoneum dan penyebaran endotoksin.

8. Anemi sering dijumpai pada abses pelvic yang sudah berlangsung beberapa minggu.

2.6 DIAGNOSIS

Diagnosis radang panggul berdasarkan kriteria dari “Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology”, USA. 1983, ialah :

A. Ketiga gejala klinik dibawah ini harus ada :

1. Nyeri tekan pada abdomen, dengan atau tanpa rebound.

2. Nyeri bila servik uteri digerakkan.

3. Nyeri pada adneksa.

B. Bersamaan dengan satu atau lebih tanda-tanda dibawah ini :

1. Negatif gram diplokok pada secret endoserviks.

2. Suhu diatas 38º C.

3. Lekositosis lebih dari 10.000 per mm³.

4. Adanya pus dalam kavum peritonei yang didapat dengan kuldosentesis maupun laparaskopi.

5. Adanya abses pelvic dengan pemeriksaan bimanual maupun USG.

Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology”, USA, Hager membagi derajat radang panggul menjadi :

Derajat I : Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan ovarium ), dengan atau tanpa pelvio peritonitis.

Derajat II : Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses pada kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.

Derajat III : Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal adanya abses tubo ovarial.

2.7 PENYULIT

Penyulit radang panggul dapat dibagi :

1. Penyulit segera.

Penyulit segera pada radang panggul ialah : pembentukan abses dan peritonitis, perhepatitis (“Fitz-hugh Curth Syndrome”) dan sakrolitis.

2. Penyulit jangka panjang.

Penyulit jangka panjang adalah akibat kerusakan morfologik genitalia interna bagian atas yaitu berupa :

a. Infeksi berulang.

Radang panggul yang timbul kembali setelah 6 minggu pengobatan terakhir. Wanita yang pernah mengalami radang panggul mempunyai resiko 6-10 kali timbulnya episode radang panggul.

b. Infertilitas.

c. Kehamilan ektopik.

d. Nyeri pelvic kronik.

2.8 PENATALAKSANAAN

Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi :

1. Pengobatan rawat jalan.

Pengobatan rawat jalan dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.

Obat yang diberikan ialah :

Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.Ø

- Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali p.o/sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau

- Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau

- Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau

- Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau

- Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau

- Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.

Analgesik dan antipiretik.Ø

- Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau

- Metampiron 3 x 500 mg/hari.

2. Pengobatan rawat inap.

Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III.

Obat yang diberikan ialah :

Ø Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.

- Ampisilin 1g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB im/iv, 2 x sehari slama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2 x sehari selama 5-7 hari atau,

- Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 x sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup 2 x sehari selama 5-7 hari.

Ø Analgesik dan antipiretik.

ASUHAN KEBIDANAN (SOAP) PADA IBU NIFAS

Kasus :

Seorang ibu nifas hari ke 3 datang ke RSIA Trisna Medika dengan keluhan nyeri dibagian bawah perut dan bagian panggul, disertai demam, mual, dan nyeri saat berkemih. Ibu telah melahirkan anak pertama.

ASUHAN KEBIDANAN (SOAP) PADA IBU NIFAS

HARI KE 3 DENGAN ABSEB PELVIS

DI RSIA TRISNA MEDIKA TULUNGAGUNG

Tanggal Pengkajian 18 Oktober 2012

I. DATA SUBYEKTIF

A. Biodata

Nama Ibu : Ny.“X”

Umur : 25 Tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Sumbergempol, Tulungagung

Nama Suami : Tn. “Z”

Umur : 29 Tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Sumbergempol, Tulungagung

B. Riwayat Persalinan

a. Jenis Persalinan : Spontan

b. Penolong : Bidan

c. Tanggal Lahir : 16 Oktober 2012 Jam Lahir : 04.00

d. Jenis Kelamin : Laki - laki

e. BBL : 3000 gram

f. PBL : 50 cm

g. Keadaan Anak : Hidup

h. Ketuban Pecah : Spontan

i. Kala I: Dimulai dari pembukaan 1cm – 10 cm lengkap Lamanya : ± 11 jam

j. Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap – bayi lahir Lamanya : ± 1½ jam

k. Kala III : Dimulai bayi lahir sampai plasenta keluar Lamanya : ± 15 menit

Plasenta : Lahir lengkap maternal

Berat Plasenta : 500 gram

Panjang Tali Pusat : 50 cm

l. Kala IV : Dimulai dari plasenta lahir sampai 2 jam PP

1. Jumlah Perdarahan :

Kala I : 50 cc

Kala II : 100 cc

Kala III : 150 cc

Kala IV : 50 cc

Total : 350 cc

2. Penyulit/Komplikasi : Tidak ada

3. Tindakan pada masa persalinan : Tidak ada

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

Tekanan Darah : 90/60 mmHg

RR : 24 x/menit

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 39 °C

BB : 58 Kg

Tinggi badan : 158 cm

B. Pemeriksaan Kebidanan

1. Inspeksi

Kepala : Simetris

Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe

Mata : Sklera tidak ikterik

Konjungtiva merah muda

Hidung : Tidak ada polip dan secret

Mulut : Tidak caries

Tidak stomatitis

Muka : Tidak oedema

Tidak hyperpigmentasi

Leher : Tidak ada pembesara kelenjar tyroid

Tidak ada pembesara limfe, dan vena jugularis

Payudara : Bentuk simetris

Aerola mamae normal

Putting susu normal

Putting susu normal

Abdomen : Kontraksi uterus baik, tidak ada luka bekas SC

Kandung kemih : Nyeri

Genetalia eksterna : Perdarahan : 30 cc

Jenis Lochea : Lochea Sanguilenta

Warna : Merah bercampur lender

Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema

Tidak varises

2. Palpasi

TFU : 2 jari dibawah pusat

Kontraksi : Baik

Involusi uteri : Sesuai dengan tinggi fundus uteri

3. Perkusi : Nyeri pada sisi bawah perut dan daerah panggul

III. ANALISA DATA

diagnosa : P1A0 post partum hari ke 3 dengan Abses Pelvis derajat I

Kebutuhan : - KIE mengenai Abses Pelvis

- Memberikan antibiotic

- Memberikan analgesic dan antipiretik

IV. PENATALAKSANAAN

1. KIE mengenai abses pelvis

Merupakan infeksi saluran reproduksi bagian atas yang dapat mempengaruhi selaput dalam rahim, saluran tuba, indung telur, otot rahim, parametrium dan rongga panggul. Merupakan komplikasi umum dari PMS. Ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan.

2. Terapi antibiotic

- Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid

1 g sekali p.o/sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin

4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau

- Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid

1 g p.o sekali sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Amoxilin

3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau

- Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan

4 x 500 mg/harip.o selama 7-10 hari, atau

- Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau

- Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau

- Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.

3. Terapi analgesic dan antipiretik

- Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau

- Metampiron 3 x 500 mg/hari.

4. KIE mengenai pemberian ASI pada bayi

- Menyusui bayi sesering mungkin menurut kebutuhan bayi

- Jika payudara terasa nyeri segera susukan pada bayi atau

kompres hangat

5. KIE mengenai menyusui yang benar

- Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi

- Perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar putting sebelum

menyusui bayi

- Duduk atau berbaring dengan santai

- Seluruh tubuh bayi harus tersanggah dengan baik

- Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi

- Menyusui bayi jangan dengan posisi bayi tertidur

6. KIE mengenai perawatan tali pusat

- Bersihkan tali pusat dengan kasa streril tanpa menggunakan

apa pun

7. KIE mengenai nutrisi ibu nifas

- Ibu harus makan lebih banyak dari biasanya untuk produksi

ASInya

- Perbanyak makan sayur untuk memperlancar ASI ibu

- Makan – makanan yang mengandung gizi seimbang, terutama makanan yang banyak mengandung serat seperti buah dan sayur

- Makan – makanan yang mengandung sumber protein seperti telur, tahu, tempe, daging, dan ikan

- Usahakan ibu minum susu untuk tambahan kalsium dan zat besi

BAB III

PENUTUP

. KESIMPULAN

Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).

Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.

Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.

SARAN

Untuk para petugas kesehatan terutama bidan hendaknya sebelum dan sesudah melakukan tindakan cuci tangan untuk menurunkan infeksi dan pastikan alat yang kita pakai steril dan sesuai prosedur.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono.2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba Gde Ida Bagus.1999.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:

Arcan

Cunningham,Donald Mac,Gant.1995.Obstetri Williams.Jakarta:EGC

Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home