makalah Pendidik Dan Perkembangan Kurikulum

KATA PENGANTAR
     
Alhamdullilah, Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-nya, sehingga kami dapat meyelasaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Menjelaskan Tentang Pendidik Dan Perkembangan Kurikulum” dalam bentuk dan isi yang sederhana.
Kemudian daripada itu, kami sadar dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam dalamnya kepada :
      1.      Bapak Nurul Amin,M.Ag, Selaku ketua STAI Muhammadiyah Tulungagung
2.      Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I., selaku dosen pengampu ,STAI Muhammadiyah
      Tulungagung.
3.    Pihak-pihak terkait yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Makalah ini.
   
Dalam penulisan Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bermanfaat pula bagi dunia pendidikan khususnya pelaksanaan pembelajaran di STAI Muhammadiyah Tulungagung.

                                                         

       


 Tulungagung, 04 September 2016


                                                                                                             
                                                                                               Penyusunan
                                                         




DAFTAR ISI


Halaman Judul ................................................................................................   i
Kata Pengantar ...............................................................................................   ii
Daftar Isi …………………………………………………………………….   iii
   
      BAB I   PENDAHULUAN
                    A.Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
                    B. Rumusan Masalah …………………………………….…...……….1
                    C. Tujuan Masalah……………………………………………………..1

BAB II  PEMBAHASAN
            PENDIDIK DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
             A.Pentingnya Pendidik dalam Pengembangan Kurikulum ……………2
             B. Model Model Pengembangan Kurikulum ………………………….4
             C. Fungsi Model Kurikulum Bagi Guru……………………………….8

                     

BAB III PENUTUP
          Kesimpulan.............................................................................................. 9
          DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 11

 



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan sekolah sering disebut pendidikan formal, sebab sudah memiliki rancangan pendidikan berupa kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis,jelas,dan rinci.Dalam pelaksanaannya,dilakukan pengawasan dan penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian kurikulum tersebut.Peranan kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah sangatlah strategis dan menentukan bagi tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum juga memilki kedudukan dan posisi yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, bahkan kurikulum merupakan syarat mutlak dan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri.
Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis,kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum membutuhkan perencanaan dan sosialisasi, agar pihak-pihak terkait memilki persepsi dan tindakan yang sama. Sedangkan dalam pendidikan itu sendiri identik interaksi antara pendidikan (guru) dan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Sebagai pendidik professional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara professional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan professional.
Atas dasar itulah, maka kami merangkumkan materi dalam bentuk makalah yang berjudul “Pendidik dan Pengembangan Kurikulum” tulisan ini membahas tentang peran guru dalam pengembangan kurikulum, dan model-model pengembangan kurikulum sebagai Pihak-pihak terkait yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
   1.   Pentingnya Pendidik dan Pengembangan Kurikulum?
   2.  Model Model Pengembangan Kurikulum?
   3.   Fungsi Model Kurikulum Bagi Guru?
C.     Tujuan Masalah
   1.   Untuk Mengetahui Pentingnya Pendidik dan Pengembangan Kurikulum?
   2.   Untuk Mengetahui Model Model Pengembangan Kurikulum?
   3.   Untuk Mengetahui Fungsi Model Kurikulum Bagi Guru?

1.

BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIK DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

A.      Pentingnya Pendidik dalam Pengembangan Kurikulum

Pendidik merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak dilapangan dalam pengembangan kurikukulum. Keberhasilan belajar mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuanprofessionaldan pribadi pendidik. Seorang pendidik (guru)  hendaknya mengusahakan gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum dikelasnya. Ini merupakan suatu fase penting dalam upaya pengembangan kurikulum, disamping sebagai unsur penunjang admistrasi secara keseluruhan.

Ada beberapa pokok pikiran dibawah ini yang menjelaskan mengapa seorang calon pendidik (guru) sangat perlu mempelajari pengembangan kurikulum yaitu :

1.   Guru Sebagai Pengambil Inisiatif, Pengarah, dan Penilai Pendidikan

Guru sebagai pelaksana kurikulum disini dijelaskan, bahwa seorang guru pada saat dilapangan dialah yang menentukan implementasi kurikulum. Implemantasi kurikulum disini hampir semuanya bergantung pada kreativitas dan ketekunan seorang guru, karena dialah mengetahui situasi dan kondisi pada saat dilapangan. Guru hendaknya mampu memilih dan melaksanakan metode mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa. Bahan pelajaran dan banyak mengajarkan siswa guru hendaknya mampu memilih, menyusun dan melaksanakan evaluasi baik untuk mengevaluasi perkembangan atau hasil belajar untuk menilai efesiensi pelaksanaan kurikulum tersebut.

2.   Guru Sebagai Pembimbing Belajar

Telah jelas bahwa dalam kurikulum dapat dibedakan antara official atau written curriculum dengan actual curriculum. Official atau written curriculum merupakan kurikulum resmi yang tertulis, yang merupakan acuan bagi pelaksanaan pengajaran dalam kelas. Actual curriculum merupakan kurikulum nyata yang diaksanakan oleh guru-guru. Kurikulum nyata merupakan implementasi dari official curriculum  di dalam kelas. Beberapa ahli menyatakan bahwa betapapun bagusnya suatu kurikulum (official), haslnya sangat bergantung pada apa yang dilakukan oleh guru di dalam kelas (actual). Dengan demikian, guru memegang peranan penting baik penyusunan maupun pelaksanaan kurikulum.
 

3.   Guru Harus Menguasai Manejemen Kurikulum
Seorang guru yang akan mengembangkan kurikulum dituntut menguasai manajemen pengembangan kurikulum.Dalam mengembangkan kurikulum,setidaknya guru akan menemui 8 problem:
a.   Bagaimana membatasi ruang lingkup atau keluasan materi.
b.   Bagaimana mengaitkan relevansi materi dengan kompetensi yang dibutuhkan.
c.   Bagaimana memilih materi agar ada keseimbangan untuk peserta didik maju dan yang lamban belajar, keseimbangan antara tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
d.  Bagaimana mengintegrasikan materi yang satu dengan materi lainnya sehingga tidak terjadi duplikasi.
e.   Bagaimana mengurutkan materi dan kompetensi yang diperlukan.
f.    Bagaimana agar materi atau kompetensi berkesinambungan dan berjenjang.
g.   Bagaimana merealisasikan artikulasi materi atau kompetensi secara menyeluruh.
h.   Bagaimanakah materi atau kompetensi yang diberikan dapat menjangkau masa depan alias memiliki daya guna bagi kehidupan peserta didik.

Sulit untuk mengatakan bahwa metode yang satu lebih efektif dan lebih mudah digunakan dibandingkan yang lain. Perkembangan yang cepat pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai persoalan yang membutuhkan penyelesaian antar disiplin ilmu menambah kesulitan untuk merancang atau mengembangkan suatu kurikulum yang efektif. Prosedur dan perangkat proses pembuatan dan pengembangan kurikulum, seperti yang telah diuraikan dalam delapan problem pengembangan kurikulum di atas mencoba mengurangi kesulitan tersebut dengan langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang logis.

Hal yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa cara tersebut bukanlah resep siap pakai untuk membuat atau mengembangkan kurikulum. Delapan problem pengembangan kurikulum di atas harus dipandang sebagai penahapan agar suatu proses dapat dijalankan dan diikuti. Dengan begitu proses penjaminan mutunya lebih mudah.

4.   Guru Sebagai Penentu Kuantitas dan Kualitas Pembelajaran

Disini dijelaskan guru sebagai penentu kuntitas dan kualitas pembelajaran dimana mereka (guru) harus mampu menjabarkan secara rinci setiap kompotensi rumpun pembelajaran yaitu merumuskan tujuan, metode, langkah-langkah dan mampu memotivasi siswa untuk proaktif dalam mendapatkan pengetahuan. Dengan pengetahuan tentang pengembangan kurikulum guru dapat menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang kondisif. Dalam hal ini guru menuyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, beberapa minggu ataupun beberapa hari saja.
Jadi tugas guru ialah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan minat dan tahap perkembangan anak.





B.   Model – model Pengembangan Kurikulum

1.  Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas, menurut Nana Syaodih Sukmadinata pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada. Sedangkan model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi pristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis serta lambang-lambang lainnya. (Wina Sanjaya 2007:177).
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pemngembanagn kuirkulum adalah berbagai bentuk atau model yang nyata dalam penyususnan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada.
Dalam pengembangan kurikulumn tidak dapat lepas dari berbagai faktor maupun asfek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan kebutuhan peserta didik, lingkup dan urutan  bahan pelajaran, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan.


2.  Model model dari Pengembangan Kurikulum

Berdasarkan perkembangan dan pemikiran para ahli kurikulum, maka saat ini telah banyak disajikan model-model pengembangan kurikulum. Setiap model pengembangan kurikulum tersebut memiliki karakteristik dan ciri khusus pada pola desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam pembelajaran.
Nana Syaodih Sukmadinata membagi membagi model-model pengembanagan kuirkulum menjadi delapan model yaitu: the administrative (line staff model) model, the grass roots model, Beauchamp”s system, the demonstration model, Taba”s inverted model, Rongers”s in terpersonal relation model, the systematic action reseach model, dan emerging technical model. (2008:161).
Selain itu Asep Suherman dkk membangi model pengembanagn kurikulum menjadi: model Ralph Taba, model administrative, model Grass Roots, model demonstrasi, model Miller-Seller, model Taba”s (inverted model). Sementara itu Wina sanjaya membagi model pengembangan kurikulum menjadi empat bagian yaitu: model Tyler, model Taba, model Oliva dan model Beauchamp.
 Di bawah ini akan di paparkan tentang model-model pengembangan kurikulum tersebut, saru persatu sebagai berikut:
a.    The Administrative (line staff model) Model.
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model pengembangan paling lama dan paling banyak dikenal.”Diberi nama model administrasi atau line staff karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidkan dan menggunakan prosedur administrasi”.(Nana Syaodih Sukmadinata 2008 : 161).
Model pengambangan ini bersifat sentralisasi, yaitu dengan wewenang adminstrasinya, administreator pendidikan (dirjen, direktur atau kepala dinas pendidikan propinsi membentuk suatu komisi yang anggota-anggotanya terdiri dari tim yang terdiri dari pejabat di bawahnya seperti ahli pendidikan, ahli kuirkulum, ahli disiplin ilmu dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan(tim pengarah).
Tugas tim ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan, dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Setelah konsep ini tersusun, administrator pendidikan membentuk kembali sebuah tim yang disebut tim kerja

(anggotanya para ahli pendidikan/kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, dan guru bidang studi yang senior) tim ini bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih oprasional, dijabarkan dalam konsep-konsep dan kebijakan dasar yang telah digariskan oleh tim pengarah mulai dari penyusunan tujuan sampai pada tahap rencana pelaksanaan evaluasi.
Setelah selesai maka hasil kerja tim kerja dikaji ulang oleh tim pengarah. Dan setelah mendapatkan beberapa penyempurnaan maka administrator menetapkan mulai berlakunya kurikulum tersebut dan memerintahkan kepada sekolah-sekolah untuk melaksanakannnya.
Pada waktu pelaksanaan tim administrator selalu melakukan pemantauan.Kurikulum dengan pengembangan seperti ini dapat kita lihat dan rasakan pada pelaksanaan kurikulum tahun 1968, 1975, 1984,1994 dan 2004 yang lebih bersifat sentralisasi.

b.    The graas roots model
Model pengembanagan kurikulum ini merupakan kebalikan dari model the administratif model. Model ini lahir dari asumsi yang dikemukakan oleh Stanley dan Shores yang dikurip dari Nana Syaodih Sukmadinata ”…..guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.”(2008: 163). Alur pengembangannya adalah guru, selompok guru atau seluruh guru disuatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum.

Pengembangan dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau bebarapa bidang studi atau pun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum.Kemudian kurikulum tersebut dapat diberlakukan sebagai pedoman dalam pelaksanan pendidikan atau pengajaran di sekolah tersebut. Kurikulum ini sangat bersifat desentralisasi, karena segala ide mulai dari perencanaan penyusunan sampai pelaksanaannya dilapangan adalah hak otonomi sekolah tersebut, dan pemerintah atau pengambil kebijaksaan yang lebih tinggi dia atasnya tidak mempunyai kewenangan untuk mengubahnya.

c.    Beauchamp”s system
Model pengembangan ini dikemukan oleh seorang ahli yang bernama Beauchamp. Model ini, yang dikutip dari Nana Syaodih Sukmadinata terdiri dari lima tahap, yaituPengambil kebijakasaan menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup.Menetapkan personalia yang terlibat dalam pengembangan kuirkulum. Orang yang telibat terdiri dari empat kategori yaitu:
1).   Para ahli pendidikan /kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kuirkulum, dan para ahli dari bidang ilmu luar.
2).   Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih.
3).   Para profesional dalam sistem pendidikan,
4).   Profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat


Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Pada langkah ini ditetapkan prosedur dalam penyusunan rumusan tujuan umum dan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi dan menentukan keseluruhan desain kurikulum. Pada tahap ini terdiri dari lima langkah yaitu:
1).   Membentuk tim pengembang kurikulum
              2).   Mengadakan peniliaan atau penelitian terhadap kurikulum yang ada dan yang sedang   digunakan
              3).   Studi penjagaan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru
              4).   Merumuskan kreteris-kreteria bagi penetuan kuirkulum baru+
              5).   Penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
Evalauasi kurikulum ( evalusai pelaksaaan kurikulum oleh guru, evaluasi desain kurikulum, evaluasi hasil belajar siswa, dan evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum).(Nana Syaodih,2008:163-165).

d.   The demosntration model
Model ini pada dasarnya bersifat grass roots, yang datang dari bawah. Bedanya pada model grass roots pengembangan kuirkulum adalah murni dari oaring-orang yang berada dalam suatu sekolah tanpa campur tangan oleh pemerintah atau para ahli.
Model ini diprakarsai oleh guru atau sekelompok guru yang bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Menurut Smith, Stanley dan Shores ada dua variasai dalam model ini yaitu: pertama, sekelompok guru dari suatu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk oleh pengambil kebijaksaan untuk melakukan percobaan tentang salah satu atau beberapa segi/komponen kurikulum, kedua, kurang bersifat formal yaitu beberapa orang guru merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada, kemudian mereka mencoba mengadakan penelitian, perbaikan dan pengembangan sendiri.

e.    Taba”s inverted model
Menurut Taba pengembangan model ini lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru, karena bersifat induktif, yang merupakan arah terbalik dari model tradisional. Model ini terdiri dari lima langkah yaitu: Mengadakan unit-unit eksprimen bersama guru-guru, unit yang dieksprimen meliputi mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan-tujuan khusus, memilih isi, mengorganisasi isi, memilih pengalaman belajar, mengorganisasi pengalaman belajar, mengevaluasi dan melihat sekuens dan keseimbangan.

Menguji unit eksprimen, yang bertujuan untuk mengetahui validitas, keperaktisan serta serta kelayakan penggunaannya.
Mengadakan revisi dan konsolidasi (tahap perbaikan dan penyempurnaan serta penarikan kesimpulan).
Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum yang dilakukan untuk mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teori yang dipakai sudah masuk atau sesuai.

f.   Roger”s interpersonal relations model
Model ini lahir dari asumsi yang menurut Roger bahwa manusia berada dalam proses perubahan (becoming, dveloping, chaning), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut.(Nana Syaodih Sukmadinata, 2008:167).

Pendidikan juga tidak lain merupakan upaya untuk membantu memperlancar dan mempercepat perubahan ke arah perkembangan. Guru atau pendidik bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak. Roger mengemukakan model ini terdiri dari empat langkah yaitu:
1).   Pemilihan target dari sistem pendidikan, pada langkah ini kreteria yang harus ada adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok yang intensif. Selama satu minggu para pejabat pendidikan/administrator melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang relaks, tidak formal.
2). Partisifasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Guru dan pejabat pendidikan bersama-sama mengikuti kegiatan kelompok yang intesif, dari pertemuan tersebut diperoleh hal-hal yang merupakan ide-ide dalam pengembangan kurikulum di lapangan.
3). Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran. Siswa dilibatkan dalam pertemuan kelompok intensif antara pejabat pendidikan dan guru.
4). Partisifasi orang tua dalam kegiatan kelompok, artinya orang tua telibat juga dalam kegiatan intensif kelompok tersebut.
Model pengembanmgan ini merupakan kulminasi dari semua kegiatan kelompok di atas, berkat berbagai bentuk aktivitas dalam intreraksi ini individu akan berubah.
g.  The systematic action-research model
Model ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada: hubungan siswa, sekolah dan organisasi masyarakat, dan wibawa dari pengetahuan profesional. Model ini terdiri dari dua langkah yaitu:
Mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh, dan mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut. Implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama, kegiatan ini segera diikuti oleh kegiatan pegumpulan data dan fakta-fakta.
Data-data tersebut berfungsi: menyiapkan data bagi evaluasi tindakan, sebagai bahan pemahaman tentang masalah yang dihadapi, sebagai bahan untuk menilai kembali dan mengadakan modifikasi, dan sebagai bahan unutk menentukan tindakan lebih lanjut.
h.    Emerging technical models.
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efesiensi efektivitas dalam bisnis, juga mepengaruhi perkebangan model-model kurikulum.Hal ini di dasarkan pada The berhavioral analisys model
i.   The berhavioral analisys model.
                 menekankan penguasaan prilaku atau kemampuan. Suatu kemampuan atau prilaku yang kompleks diuraikan menjadi prilaku-prilaku yang sederhana, yang tersusun secara hirarkis.
j.   The system analisys model.
                 berasal dari gerakan efesiensi bisnis. Langkah pertama dalam model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian-ketercapaian hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah ketiga mengedintifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan.Langkah keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.




k.  The computer-based model
suatu model pengembangan kurikulum dengan memamafaatkan komputer. Pengembangan dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan. Setelah diadakan pengelolaan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil yang dicapai siswa disimpan dalam komputer.


3.  Fungsi Model Kurikulum Bagi Guru
Wina Sanjaya mengutip pendapat Nadler yang menjelaskan bahwa “Model yang baik adalah model yang dapat menolong sipengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh.”(2008: 82). Hal ini berarti model pengembangan kurikulum yang baik adalah model yang dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mengembangkan kurikulum di lapangan.
Berkenaan dengan model-model pengembangan kurikulum diatas, maka fungsi model pengembangan kuirkulum bagi guru adalah:
a.  Sebagai pedoman bagi guru untuk memilih model pengembangan yang sesuai dengan pelaksanaan pengembangan kurikulum di lapangan.
b.  Sebagai bahan pengetahuan untuk melihat lahirnya bagaimana sebuah kurikulum tercipta dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan di lapangan, yang mungkin selama ini guru hanya mengetahui bahwa kurikulum itu sebagai sesuatu yang siap saji, padahal melalui proses yang panjang sesuai dengan model mana yang di;pilih oleh pengembang kurikulum atau penganbil kebijaksanaan.
c.  Sebagai bahan untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan visi, misi, karakteristik, dan sesuai dengan pengalaman belajar yang diharapkan atau dibutuhkan oleh siswa.
d. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang merupakani bagian tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
e. Sebagai bahan untuk melihat perbandingan dan keberhasilan tentang model pengembangaan kurikulum yang digunakan suatu sekolah, yang nantinya diharapkan untuk memperbaiki kurikulum yang dilaksanakan.



BAB III

PENUTUP



A.    Kesimpulan

Mengajar merupakan suatu pekerjaaan yang bukan saja menuntut kemampuan intelektual dan fisik, tetapi juga kemampuan psikologis dan afektif. Guru bukan saja harus bekerja sama dengan siswa, sebagai muridnya yang sering sekaligus juga jadi kliennya, tetapi juga harus bekerja sama dengan staf sekolah yang lain, orang tua serta warga masyarakat.
Hal ini memberikan suatu pemahaman betapa pentingnya seorang guru sebagai tokoh sentral dalam dunia pendidikan, sehingga kualitas guru dalam mengajar sangat diperhitungkan untuk mencapai tujuan kurikulum yang uniform dengan metode belajar yang beragam.
Keberadaan model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dan sangat urgen untuk difahami oleh barbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan kurikulum.
Banyak para ahli yang mengemukakan tentang model-model pengembangan kurikulum, namun dari berbagai model tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan masing-masing model arah titik berat pengembangannya sangat berbeda, ada yang menitikberatkan pada pengambil kebijaksanaan, pada perumusan tujuan, perumusan isi pelajaran, pelaksanaan kurikulum itu sendiri dan evaluasi kuirkulum.
Pemilihan suatu model pengembangan kuirkulum bukan saja didasrkan pada asas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal., tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan.
Model pengembangan dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan desentralisasi. Model penegembangan kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kuirkulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi sosial.





B.  Kritik Dan Saran

Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk memiliki sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan kurikulumkarena kuirkulum merupakan nadi penggerak dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.Hal ini dapat dilakukan memalui pelatihan, penelituian atau memperkaya diri dengan melalui bahan bacaan, internet dan sebagainya.

Diharapkan dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru dapat memilih model pengembangan kuiurkulum yang tepat dan diharapkan dengan pilihan tersebut dapat diimplementasikan dalam pengembangan kurikulum di sekolah.

Agar dimasa yang akan datang bisa jauh lebih baik lagi, kita harus lebih banyak
belajar dan terus melatih ilmu yang kita peroleh. Kami sadari dalam penulisan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam segi penulisan maupun susunan kalimatnya.
Maka dari itu, sangatlah dibutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Agar
penulisan makalah dilain kesempatan bisa jauh lebih baik lagi. Pesan kami jangan pernah
berhenti untuk belajar, karena kunci kesuksesan adalah dengan cara belajar dan terus
berusaha.




DAFTAR PUSTAKA


1.   Syaodih, Nana, 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2.   Hamalik, Dr. Oemar, 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
3.   Herry, Asep. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas  Terbuka.
4.  Rusman,  Dr, 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta : PT.Raja Grafindo
5.   http:// kuriculum, pengembangankurikulum.com

Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home